Penyakit yang biasa disebut usus buntu umumnya adalah peradangan yang menyerang usus buntu, organ berbentuk cacing berukuran 5–10 cm, yang terletak di ujung bawah kolon menanjak usus besar.

Radang usus buntu umumnya menyerang kelompok dewasa. Meskipun demikian, usus buntu juga dapat dialami oleh anak-anak dan remaja. Penyakit usus buntu terjadi akibat infeksi pada rongga apendiks. Akibatnya, bakteri berkembang dengan cepat sehingga membuat usus buntu meradang, bengkak, dan bernanah.
Gejala utama penyakit usus buntu adalah nyeri di perut kolik abdomen di atas paha kanan. Nyeri tersebut dapat berawal dari pusar, kemudian bergerak ke bagian kanan bawah perut. Lokasi rasa nyeri bisa beragam, namun biasanya dapat ditarik garis lurus antara pusar dan tulang pinggul.
Dalam beberapa periode, nyeri akibat penyakit usus buntu bisa bertambah parah sehingga gerakan-gerakan sederhana seperti menarik napas dalam, berjalan, batuk, atau bersin dapat menyebabkan rasa sakit yang sulit dihiraukan. Selain itu, nyeri juga bisa muncul secara mendadak, bahkan saat penderita sedang tidur.
Berbagai gejala lain penderita apendisitis adalah:
- Perut kembung
- Mual dan muntah
- Demam dan menggigil
- Berkurangnya nafsu makan
- Sulit buang gas atau kentut
- Sembelit (konstipasi)
- Diare
Bila terlambat ditangani, radang usus buntu dapat membahayakan penderitanya. Penyakit ini dapat menyebabkan usus buntu pecah dan bernanah yang berakibat pada penyakit komplikasi yang dapat mengancam nyawa. Meski demikian, dengan penanganan yang tepat, hal tersebut dapat dihindari.
Dari sekian banyak penelitian yang dilakukan dokter, dapat disimpulkan bahwa peradangan usus buntu disebabkan oleh hal-hal berikut:
- Penyumbatan di rongga usus buntu akibat penumpukan feses atau tinja di awal proses pembusukan di usus besar.
- Penebalan atau pembengkakan jaringan dinding usus buntu karena infeksi bakteri atau virus saluran pencernaan yang berdekatan.
- Penyumbatan rongga usus buntu akibat pertumbuhan parasit atau jamur di saluran pencernaan, misalnya infeksi cacing kremi atau ascariasis lumbrikoides.
- Kondisi medis tertentu, seperti tumor pada perut atau peradangan usus yang sudah lama dan berkelanjutan (inflammatory bowel disease)

Dalam pemeriksaan medis, akan dilakukan berbagai tes untuk memastikan kebenaran diagnosis. Berbagai tes tersebut antara lain:
- Tes darah, untuk memeriksa jumlah sel darah putih yang menandakan adanya infeksi atau tidak.
- Tes urine, untuk menghilangkan kemungkinan bahwa gejala disebabkan oleh penyakit lain, seperti infeksi saluran kemih atau batu ginjal.
- USG perut, guna melihat gambaran organ dalam perut dan memeriksa aliran darah dalam perut.
- Pemindaian dengan CT scan atau MRI sehingga organ di dalam perut dapat dilihat lebih jelas.
- Pemeriksaan panggul, untuk memastikan nyeri tidak disebabkan oleh masalah pada organ reproduksi atau infeksi panggul lainnya.
Berbagai pengalaman telah kami lalui. Mulai dari penderita yang belum periksa ke dokter hingga pasien dokter yang sudah dianjurkan operasi terbuka yang sembuh setelah kami tangani tanpa biaya yang besar. Meski demikian, kami tidak dapat menangani pasien dengan usus buntu yang sudah pecah.
Penanganan utama usus buntu adalah pengangkatan yang disebut apendektomi. Meskipun kehilangan organ kecil ini tidak banyak memengaruhi metabolisme tubuh, operasi yang dilakukan dapat menyebabkan berbagai efek samping.
Berbagai efek samping yang dialami pasien setelah operasi pengangkatan usus buntu adalah:
- Infeksi luka sayatan operasi. Hal ini dapat terjadi ketika pada proses pemulihan pasien mendapatkan perawatan yang kurang baik, kebersihan yang kurang terjaga, dan kekurangan nutrisi.
- Ileus paralitik. Hal ini merupakan kondisi usus yang menjadi lebih lambat bahkan hingga tidak bergerak sama sekali. Hal ini menyebabkan perut kembung, pembesaran perut, nyeri, dan sulit buang gas.
- Abses. Adalah pembentukan benjolan bernanah pada luka sayatan bekas operasi. Demam tinggi, nyeri hebat, dan badan yang lemas merupakan beberapa gejala yang ditimbulkan
- Pelekatan. Hal ini merupakan melekatnya bekas jahitan dengan bagian usus atau organ lain seperti lambung akibat regenerasi yang belum sempurna.
- Obstruksi usus. Merupakan penyumbatan usus yang disebabkan oleh melekatnya bekas operasi sehingga menyebabkan nyeri perut hebat, sulit BAB, mual dan muntah, serta volume perut yang membesar.
- Peritonitis. Peradangan lapisan dinding perut ini disebabkan oleh usus buntu yang pecah saat operasi pengangkatan sehingga terjadi infeksi.
- Pendarahan. Hal ini terjadi apabila ada luka yang terbuka sehingga darah mengalir keluar.
Hal-hal diatas dapat dihindari dengan tidak melakukan operasi, bukan? Kami, Pennasia, dapat menyembuhkan berbagai penyakit tanpa operasi.